Pernah nggak lo mikir, gimana rasanya kencan di zaman bokap-nyokap dulu? Kayaknya beda banget sama kita sekarang yang tinggal buka aplikasi, swipe kanan, terus kalau match bisa langsung ngobrol. Gen-Z punya cara main yang beda banget soal urusan cinta. Tapi tunggu, apakah kencan online itu beneran bikin segalanya lebih gampang, atau malah cuma nambah drama aja?
Kalau lo tanya sama siapa pun yang pernah nyoba aplikasi kencan, jawaban mereka pasti beragam. Ada yang bilang itu kayak tiket emas buat ketemu orang baru, ada juga yang merasa itu cuma bikin kepala pusing. Tapi nggak bisa dipungkiri, Gen-Z udah ngejadiin kencan online sebagai bagian dari hidup mereka. Kenapa? Karena semuanya serba praktis dan efisien. Lo bisa kenalan sama orang tanpa harus keluar rumah, tanpa harus ribet mikirin mau ngapain, atau bahkan tanpa mandi dulu (kalau lo lagi males).
Tapi justru karena terlalu praktis, kencan online kadang bikin orang lupa soal esensi kencan itu sendiri. Bukannya fokus buat kenal lebih dalam, kita malah sibuk nge-scroll profil orang kayak lagi milih barang diskon di e-commerce. Apalagi kalau lo tipe yang gampang bosan, swipe kiri dan kanan itu bisa jadi aktivitas nggak berujung. Lo match, ngobrol sebentar, terus ghosting. Dan siklus ini terus berulang.
Buat sebagian cowok, aplikasi kencan itu kayak arena kompetisi. Lo berusaha tampil se-menarik mungkin, dari foto sampai bio yang lo tulis. Ada yang pake foto lagi liburan di pantai biar kelihatan adventurous, ada yang pake quotes filosofis biar dianggap deep, atau malah ada yang nulis bio receh buat keliatan humoris. Tapi apa semua itu berhasil? Belum tentu, bro. Kadang, meskipun lo udah effort banget, hasilnya nggak selalu sesuai ekspektasi. Ada kalanya lo nggak dapet match sama sekali, atau dapet match tapi obrolannya kayak mati gaya.
Komunikasi Singkat
Gen-Z juga terkenal dengan cara komunikasi mereka yang serba singkat. Jadi, jangan kaget kalau obrolan di aplikasi kencan cuma sebatas, "Hai, lagi apa?" terus berakhir di situ aja. Kadang, lo udah susah payah mikirin icebreaker yang keren, tapi lawan bicara lo cuma bales, "Hmm." Nah, di situ lo mulai mikir, "Apa gue yang salah, atau emang dia nggak minat?" Drama kayak gini udah jadi makanan sehari-hari di dunia kencan online.
Hal lain yang nggak bisa dihindarin dari kencan online adalah ekspektasi vs realita. Foto profil sering banget jadi penyebab utama. Lo liat dia di aplikasi, kayaknya cocok banget sama selera lo. Tapi pas ketemu, lo baru sadar kalau filter dan angle kamera bisa ngubah segalanya. Bukan berarti lo harus judging, tapi kadang realita emang nggak sesuai sama apa yang lo bayangin.
Di sisi lain, ada juga yang terlalu larut dalam obrolan online sampai lupa kalau chemistry di dunia nyata itu beda. Lo bisa ngobrol nyambung banget lewat chat, tapi pas ketemu langsung malah awkward abis. Itu hal yang wajar, bro. Koneksi di dunia maya nggak selalu otomatis terjemahin ke dunia nyata. Jadi, jangan kecewa kalau kencan pertama lo nggak berjalan sesuai rencana.
Ngomong-ngomong soal rencana, banyak juga Gen-Z yang mulai pake aplikasi kencan bukan cuma buat cari pacar, tapi juga buat networking atau sekadar cari temen baru. Ini menarik, karena artinya definisi "kencan" mulai berubah. Lo nggak lagi cuma nyari pasangan, tapi juga relasi yang bisa nambah warna dalam hidup lo. Tapi tetap aja, ada risiko di sini. Lo harus pinter bedain mana orang yang beneran serius sama lo, dan mana yang cuma mau main-main.
Ditolak? Baper?
Salah satu tantangan terbesar di kencan online adalah menghadapi penolakan. Lo pasti pernah ngalamin match yang tiba-tiba nggak ngerespon, atau lebih parahnya lagi, lo di-unmatch tanpa alasan. Rasanya emang nggak enak, tapi itu bagian dari permainan ini, bro. Lo harus punya mental yang kuat dan nggak gampang baper. Karena di dunia digital, segalanya bisa terjadi dengan cepat dan tanpa peringatan.
Masalah lain yang sering muncul adalah soal keamanan. Nggak semua orang yang lo temuin di aplikasi kencan itu punya niat baik. Ada yang fake profile, ada yang scammer, bahkan ada yang bisa bikin lo terjebak dalam situasi berbahaya. Itu sebabnya, penting banget buat lo selalu hati-hati dan nggak gampang percaya sama orang yang baru lo kenal. Jangan pernah kasih info pribadi yang sensitif, dan pastiin lo ketemu di tempat umum kalau akhirnya mutusin buat kencan langsung.
Insecure? Jangan Dong!
Kencan online juga punya dampak psikologis, bro. Kalau lo terlalu sering dapet penolakan atau gagal match, itu bisa bikin lo ngerasa insecure atau bahkan mempertanyakan nilai diri lo. Padahal, kesuksesan di aplikasi kencan nggak ada hubungannya sama harga diri lo sebagai cowok. Lo harus inget, aplikasi ini cuma alat, bukan penentu nasib lo di dunia percintaan.
Di balik semua drama dan tantangan, kencan online tetap punya sisi positif. Lo bisa belajar banyak soal komunikasi, tentang gimana cara menarik perhatian orang, atau bahkan cara menghadapi penolakan dengan elegan. Semua pengalaman ini, baik yang baik maupun yang buruk, bisa bikin lo jadi pribadi yang lebih dewasa.
Jadi, apa kencan online itu worth it buat dicoba? Jawabannya tergantung dari gimana lo ngejalaninnya. Kalau lo cuma nyari hiburan atau sekadar iseng, ya mungkin hasilnya nggak akan terlalu memuaskan. Tapi kalau lo serius dan punya niat yang jelas, aplikasi kencan bisa jadi cara yang efektif buat memperluas lingkaran sosial lo. Yang penting, lo tetap autentik dan nggak berpura-pura jadi orang lain.
Bro? cinta itu nggak bisa diukur dari berapa banyak match yang lo dapet atau seberapa sering lo nge-swipe. Pada akhirnya, yang paling penting adalah gimana lo ngebangun hubungan yang sehat dan bermakna dengan orang lain. Jadi, santai aja, nikmatin prosesnya, dan jangan terlalu dibawa serius. Karena siapa tahu, di balik swipe lo yang berikutnya, ada cerita baru yang nunggu buat dimulai.