Lo pasti pernah ngerasa kayak gini: lagi suntuk, kepala penuh, tapi… mulut lo ke-lock. Mau cerita tapi kayak ada yang nahan. Ujung-ujungnya lo bilang, "Gue fine, kok," padahal sebenernya udah di ambang burnout. Pertanyaannya: kenapa, sih, cowok kayak lo sering banget nahan buat curhat?
Bukan lo doang yang ngalamin. Ternyata, hal ini udah lama jadi bahan studi dalam dunia psikologi dan neurosains. Dan jawabannya? Bukan cuma karena "gengsi" atau "toxic masculinity", tapi juga karena cara kerja otak lo emang beda.
Otak Cowok vs Cewek: Emang Ada Bedanya?
Yup, secara biologis, ada beberapa bagian otak cowok dan cewek yang beda ukurannya dan cara kerjanya. Salah satunya adalah amygdala dan prefrontal cortex—bagian otak yang ngatur emosi dan cara lo meresponsnya.
Dalam banyak studi (termasuk dari Harvard Medical School), cowok cenderung punya koneksi yang lebih kuat dari otak bagian belakang ke depan, artinya cowok lebih responsif terhadap tindakan dibanding emosi. Sementara cewek lebih dominan di koneksi antar belahan otak kanan dan kiri—yang bikin mereka lebih ekspresif secara verbal dan emosional.
Makanya, buat cowok, ngomongin perasaan itu bukan default setting-nya. Otaknya lebih terlatih untuk cari solusi, bukan cerita panjang lebar tentang masalah.
Hormon Juga Ikutan Andil
Lo pernah denger soal hormon testosteron? Nah, hormon yang satu ini emang dominan di tubuh cowok, dan ternyata bikin cowok lebih cenderung menahan ekspresi emosinya.
Di sisi lain, cewek punya kadar oksitosin yang lebih tinggi—hormon yang bikin mereka lebih gampang membangun koneksi sosial dan curhat-curhatan. Itulah kenapa cewek lebih nyaman cerita, sedangkan cowok lebih nyaman menyendiri sambil mikir dalam diam.
Stereotip 'Cowok Harus Kuat'
Oke, faktor otak dan hormon emang nyata. Tapi lo juga nggak bisa ngelupain faktor budaya yang ikut andil dalam membentuk siapa diri lo. Sejak kecil, lo sering banget dikasih pesan-pesan yang gak disadari jadi semacam bumbu budaya yang nempel di pikiran. Kayak:
- "Cowok tuh harus tahan banting."
- "Jangan cengeng."
- "Lo laki, masa baperan?"
Dari kata-kata itu, lo mulai mikir bahwa menjadi cowok itu harus kuat, harus tahan dengan segala masalah, dan nggak boleh nunjukkin kelemahan. Lain halnya kalau lo cewek, mungkin ada lebih banyak ruang buat curhat atau minta bantuan tanpa dipandang aneh. Tapi buat cowok, itu semua bikin lo ngerasa kayak ada beban yang harus ditanggung sendiri, dan menyembunyikan perasaan jadi semacam kewajiban.
Lama-lama, pola pikir kayak gini mulai nempel di kepala lo. Bukan cuma di masa kecil, tapi juga saat lo dewasa. Lo jadi terbiasa mikir kalau cerita tentang rasa capek, sedih, atau kecewa itu artinya lo lemah. Menunjukkan perasaan itu tabu, kayak lo nggak layak disebut laki-laki kalau melakukan itu.
Ini semua udah kayak sistem yang bekerja di dalam otak lo—secara nggak sadar, lo jadi menahan semuanya dalam diam. Dan makin lama, lo merasa kayak harus perfect, kayak lo nggak boleh ngeluh atau kasih tau orang lain kalau lo merasa nggak baik-baik aja. Padahal, lo tahu kan? Semua orang punya batas. Lo juga manusia, bro.
Jadi, Lo Harus Curhat?
Lo gak harus. Tapi lo boleh. Dan gak usah nunggu “hancur banget” baru cerita. Otak lo emang wired buat nahan, tapi bukan berarti lo gak bisa belajar buat lebih terbuka.
Mungkin lo nggak suka ngomongin masalah dengan orang lain, tapi lo bisa coba pendekatan lain. Misalnya, lo bisa mulai dengan menulis perasaan lo di jurnal atau ngobrol santai sama teman dekat yang lo percayai. Mulai dengan langkah kecil bisa bikin lo lebih nyaman berbagi perasaan, tanpa merasa kehilangan "kekuatan" lo sebagai cowok.
Selain itu, coba untuk lebih terbuka dengan diri sendiri. Gak ada salahnya untuk merasa lelah, kecewa, atau cemas. Ingat, cowok juga manusia, lo bukan robot yang harus selalu sempurna!