Lo pernah nggak sih, tiba-tiba ngeliat feed Instagram atau TikTok lo terus ngerasa kayak, "Kok hidup gue gini-gini aja? Harusnya gue lebih kayak dia, nggak sih?" Kalau iya, tenang, lo nggak sendirian. Social media memang punya kekuatan besar buat bikin kita mempertanyakan diri sendiri—apakah kita beneran jadi diri sendiri atau cuma ikut-ikutan tren biar diterima?
Fenomena FOMO dan Social Media Pressure
FOMO (Fear of Missing Out) adalah salah satu efek terbesar dari media sosial. Ketika lo ngeliat temen-temen lo update tentang gaya hidup mereka—mulai dari fashion, tempat nongkrong, sampai body goals—lo mungkin ngerasa harus ikutan biar nggak ketinggalan. Tanpa sadar, lo mulai ngejalanin sesuatu yang sebenernya bukan lo banget, cuma biar keliatan "in" di mata orang lain.
Banyak orang akhirnya nge-post bukan karena mereka suka atau pengen, tapi karena takut nggak relevan. Lo mungkin mulai beli barang-barang yang nggak lo butuhin, makan di tempat yang sebenernya lo nggak suka, atau bahkan mengubah cara lo berpikir, cuma buat dapetin validasi dari likes dan komentar.
FOMO ini juga bisa berdampak ke kesehatan mental. Lo jadi gampang cemas kalau nggak up to date dengan tren terbaru, dan akhirnya malah kehilangan arah tentang apa yang sebenarnya lo inginkan. Padahal, hidup bukan sekadar mengikuti arus tren, tapi tentang menemukan hal yang bener-bener bikin lo nyaman dan bahagia.
Identitas yang Terbentuk dari Algoritma?
Pernah nggak lo sadar kalau apa yang lo lihat di social media sebenernya dikurasi sama algoritma? Konten yang sering lo tonton bakal makin sering muncul di feed lo, dan tanpa sadar, lo mulai berpikir kalau itu adalah standar yang harus lo ikuti. Kalau lo sering lihat video tentang "glow-up challenge", lo bakal merasa lo juga harus berubah biar nggak ketinggalan.
Masalahnya, kalau semua yang lo konsumsi adalah konten yang dibentuk berdasarkan tren, kapan lo bisa tahu apa yang beneran lo mau? Lo bisa aja mikir lo pengen jadi seseorang dengan lifestyle tertentu, tapi bisa jadi itu cuma hasil dari paparan algoritma, bukan dari keinginan lo sendiri.
Algoritma ini juga bisa bikin lo masuk ke "echo chamber" di mana lo cuma melihat satu perspektif tanpa menyadari ada banyak sudut pandang lain. Akibatnya, lo jadi makin terjebak dalam satu pola pikir yang sebenarnya bukan pilihan lo sendiri, tapi hasil dari seleksi algoritma yang menentukan apa yang muncul di timeline lo.
Kenapa Ini Bisa Jadi Krisis Identitas?
Ketika lo terus-terusan ngebentuk diri lo berdasarkan apa yang lagi trending, lo bisa kehilangan esensi asli diri lo. Lo mungkin mulai mempertanyakan:
- Gue beneran suka ini, atau cuma biar bisa diterima?
- Gue beneran pengen jadi kayak mereka, atau cuma takut keliatan beda?
- Kalau social media nggak ada, gue masih bakal tetep ngelakuin ini?
Krisis identitas bisa terjadi ketika lo nggak yakin lagi siapa diri lo tanpa pengaruh dari dunia digital. Lo jadi lebih fokus ke bagaimana orang lain melihat lo dibanding apa yang bener-bener bikin lo nyaman dan bahagia.
Lebih dari itu, krisis identitas yang terjadi akibat media sosial bisa bikin lo kehilangan kepercayaan diri. Lo jadi merasa nggak cukup baik, selalu ada yang kurang, dan akhirnya malah sulit menikmati hidup tanpa membandingkan diri dengan orang lain.
Cara Balik ke Diri Sendiri di Era Social Media
Kalau lo ngerasa mulai kehilangan diri sendiri karena tekanan dari social media, ada beberapa cara buat tetap autentik:
Detox Digital Secara Berkala
Kadang, kita butuh waktu buat menjauh dari social media dan refleksi. Coba ambil waktu sehari atau seminggu buat nggak nge-scroll media sosial dan lihat apa yang berubah dari pola pikir lo.
Selain itu, detox digital bisa membantu lo menyadari bahwa hidup nggak harus selalu online. Lo bisa lebih fokus pada interaksi di dunia nyata, menikmati momen tanpa merasa harus selalu mendokumentasikannya, dan membangun hubungan yang lebih autentik dengan orang di sekitar lo.
Tanya Diri Sendiri Sebelum Ngikut Tren
Sebelum lo beli sesuatu atau ikut-ikutan tren tertentu, coba tanya ke diri lo sendiri: "Apakah ini emang gue banget atau cuma buat dapetin validasi?" Kalau lo sadar bahwa alasan utamanya cuma biar diterima orang lain, mungkin nggak ada gunanya buat lo lakuin.
Sering kali, kita nggak sadar bahwa kita hanya mengikuti arus karena takut ketinggalan. Dengan berpikir lebih kritis sebelum mengikuti tren, lo bisa lebih selektif dalam memilih mana yang benar-benar cocok buat diri lo dan mana yang hanya bersifat sementara.
Kurasi Konten yang Lo Konsumsi
Kalau lo sadar feed lo bikin lo nggak nyaman dan bikin lo ngerasa harus selalu ngikutin orang lain, coba kurasi ulang akun-akun yang lo follow. Pilih yang lebih positif dan mendukung self-growth lo daripada yang bikin lo ngerasa insecure.
Mengikuti akun-akun yang lebih inspiratif dan edukatif bisa membantu lo membangun mindset yang lebih sehat. Dengan begitu, lo nggak cuma terpengaruh tren sementara, tapi juga mendapatkan insight yang bisa membantu lo berkembang.
Bangun Identitas di Luar Social Media
Jangan biarin social media jadi satu-satunya tempat buat lo mencari validasi. Coba explore hobi atau kegiatan yang bikin lo bahagia tanpa harus share ke media sosial. Dengan begitu, lo bisa lebih tahu apa yang beneran lo suka tanpa terpengaruh omongan orang lain.
Misalnya, lo bisa mulai menulis, olahraga, atau belajar hal baru tanpa merasa harus selalu membagikannya di internet. Ini bisa jadi langkah awal buat menemukan diri lo yang sebenarnya tanpa tekanan dari ekspektasi orang lain.
Ingat Bahwa Social Media Itu Highlight Reel
Apa yang lo lihat di social media bukanlah realitas sepenuhnya. Semua orang hanya nge-post momen terbaik mereka, bukan kesulitan yang mereka hadapi. Jangan bandingin diri lo sama ilusi yang dibangun oleh social media.
Setiap orang punya perjuangannya sendiri yang nggak selalu terlihat di layar. Dengan memahami bahwa social media hanya menampilkan sebagian kecil dari kehidupan seseorang, lo bisa lebih menerima diri lo sendiri dan menikmati proses hidup dengan lebih santai.
Social media bisa jadi alat yang bagus buat inspirasi dan hiburan, tapi kalau lo mulai ngerasa kehilangan diri sendiri karena tekanan tren, mungkin udah saatnya lo step back dan refleksi. Lo nggak harus jadi seperti orang lain buat merasa berharga. Jadi diri sendiri jauh lebih penting daripada sekadar dapetin validasi dari likes dan views. So, pertanyaannya sekarang: Lo beneran diri sendiri, atau cuma ngikut tren?