Pernah ngerasa kayak tokoh utama dalam sebuah film? Kamera kayak nge-zoom pas lo lagi galau di jendela sambil dengerin lagu mellow? Atau ngerasa kalau semua orang di sekitar lo cuma figuran dalam perjalanan epik lo? Kalau iya, bisa jadi lo kena Main Character Syndrome!
Fenomena ini makin sering muncul di era media sosial, di mana setiap orang bisa bikin highlight hidupnya sendiri. Tapi, kapan ini masih wajar dan kapan udah keterlaluan? Yuk, bahas bareng!
Apa Itu Main Character Syndrome?
Main Character Syndrome (MCS) bukan diagnosis medis, tapi lebih ke pola pikir di mana seseorang selalu ngerasa dirinya adalah pusat dari segalanya. Lo merasa hidup ini kayak film, dan lo adalah tokoh utama yang paling penting--sementara orang lain cuma figuran yang ada buat melengkapi cerita lo.
Ini nggak selalu buruk. Kadang, punya sedikit main character energy bisa bikin lo lebih percaya diri dan termotivasi. Masalahnya, kalau terlalu berlebihan, lo bisa jadi egois, nggak peka sama orang lain, dan hidup dalam ilusi bahwa semua harus berjalan sesuai "naskah" yang lo tulis sendiri.
Tanda-Tandanya
Hidup Lo Selalu Dramatis
Setiap hal kecil diubah jadi skenario emosional. Lagi duduk sendiri di kafe? Ini bukan sekadar ngopi biasa, tapi adegan seorang pria misterius yang menunggu perubahan besar dalam hidupnya.
Lo Selalu Cari Spotlight
Di tongkrongan, obrolan harus selalu balik ke pengalaman lo. Orang lain cerita soal kerjaan? Lo punya kisah yang lebih epik. Temen curhat soal masalahnya? Eh, malah lo yang ujung-ujungnya jadi pusat perhatian.
Ngerasa Orang Lain Ada Buat "Ngedukung" Lo
Kadang lo lupa kalau orang lain juga punya cerita mereka sendiri. Lo nganggep mereka ada buat support karakter lo, padahal mereka juga punya kehidupan yang sama pentingnya.
Suka Bikin Narasi Berlebihan di Kepala
Lagi jalan di trotoar sambil dengerin lagu? Tiba-tiba ngerasa kayak adegan di film indie. Tiupan angin di rambut lo bukan sekadar angin, tapi "pertanda" dari alam semesta.
Overthinking Tiap Interaksi Kecil
Seseorang ngasih tatapan sekilas di jalan? Lo langsung bikin skenario di kepala, "Mungkin dia cinta pertama gue yang hilang dan takdir sedang mempertemukan kami lagi."
Kapan Jadi Masalah?
Kalau sekadar bikin lo lebih percaya diri atau ngasih motivasi buat ngejar impian, nggak ada salahnya. Tapi kalau udah bikin lo:
- Susah berempati ke orang lain
- Sering kecewa karena realita nggak sesuai "skrip" di kepala lo
- Jadi sulit membangun hubungan sehat karena ekspektasi berlebihan
?mungkin saatnya lo nge-rem dikit.
Cara Menjinakkan Main Character Syndrome
Inget Kalau Semua Orang Juga Punya Cerita Sendiri
Dunia ini nggak berputar cuma buat lo. Orang lain bukan sekadar figuran, mereka juga punya kehidupan, impian, dan masalah masing-masing.
Belajar Dengerin dan Peduli Sama Orang Lain
Jangan cuma pengen didengerin, tapi coba lebih banyak mendengarkan. Lo bakal kaget betapa menariknya cerita orang lain kalau lo kasih mereka kesempatan buat bersinar juga.
Kurangi Terlalu Berfantasi, Fokus ke Realita
Boleh aja punya impian dan skenario di kepala, tapi jangan sampai lo kecewa berat kalau kenyataan nggak berjalan sesuai ekspektasi lo.
Nggak Semua Hal Itu Personal
Kalau orang nggak bales chat lo langsung, bukan berarti mereka sengaja "nge-ghosting" lo dalam skenario hidup mereka. Bisa jadi mereka cuma sibuk atau lagi nggak pegang HP.
Punya Main Character Energy bisa jadi hal positif kalau lo gunain buat ngembangin diri dan jadi lebih percaya diri. Tapi kalau sampai bikin lo lupa kalau dunia ini bukan cuma tentang lo doang, itu saatnya lo turun sedikit dari panggung dan mulai ngeliat sekitar.
Karena pada akhirnya, kita semua bukan cuma karakter utama dalam hidup sendiri, tapi juga bagian dari cerita orang lain. Jadi, siap buat jadi tokoh utama yang tetap humble dan nggak lupa sama "pemain pendukung" yang bikin hidup ini lebih berwarna?