Maskula® Official

Maskula.id - +62 811 251 261

 
Generasi Work-Life Balance: Apakah Hustle Culture Udah Mulai Ditinggalkan?
Generasi Work-Life Balance: Apakah Hustle Culture Udah Mulai Ditinggalkan?

Generasi Work-Life Balance: Apakah Hustle Culture Udah Mulai Ditinggalkan?


Bro, pernah nggak lo ngerasa capek banget sama rutinitas kerja, tapi di satu sisi lo juga takut dibilang nggak produktif? Selamat datang di era dilema generasi kita, di mana kerja keras alias hustle culture jadi standar, tapi di saat yang sama, ada gerakan besar buat ngejaga keseimbangan hidup alias work-life balance. Jadi, gimana sebenarnya posisi kita sekarang? Apakah hustle culture udah mulai ketinggalan zaman, atau malah masih jadi dewa yang diam-diam kita sembah?

Hustle Culture

Hustle culture itu sebenarnya konsep lama yang baru naik daun lagi di era media sosial. Lo tau kan, gimana feeds kita penuh sama quotes tentang kerja keras, kaya "No pain, no gain" atau "Sleep is for the weak." Semua itu bikin kita ngerasa kalau waktu 24 jam sehari nggak cukup buat ngejar mimpi. Ditambah lagi, ada "tokoh-tokoh sukses" yang seolah-olah jadi role model kita, yang kerjanya nggak ada jeda dan keliatannya selalu produktif.

Tapi belakangan ini, tren itu mulai berubah, bro. Banyak orang, terutama anak muda dari Gen-Z, yang mulai mempertanyakan: apakah bener kita harus kerja kayak robot buat sukses? Atau ada cara lain yang lebih sehat? Lo pasti juga sering denger istilah "mental health awareness" yang makin sering dibahas. Ya, itu salah satu tanda kalau kita mulai sadar, hidup bukan cuma soal kerja.

Di dunia kerja, hustle culture punya efek domino yang nggak selalu positif. Banyak orang yang awalnya niat kerja keras buat karir malah jatuh sakit karena stres atau burnout. Masalahnya, nggak semua orang berani ngaku kalau mereka butuh istirahat. Kadang, ada rasa malu atau takut dianggap lemah kalau lo bilang, "Gue capek, gue butuh break." Padahal, yang namanya istirahat itu hak lo, bro. 

Nggak ada manusia yang bisa terus-terusan produktif tanpa jeda.

Work-Life Balance

Di sisi lain, muncullah gerakan work-life balance. Ini bukan cuma soal punya waktu buat liburan atau jalan-jalan, tapi juga soal ngejaga kesehatan fisik dan mental lo. Work-life balance ngajarin kita buat ngerti prioritas. Kerja itu penting, tapi bukan segalanya. Lo masih punya keluarga, temen, atau bahkan diri lo sendiri yang butuh perhatian.

Yang menarik, pergeseran dari hustle culture ke work-life balance ini juga dipengaruhi sama perkembangan teknologi. Lo sadar nggak, pandemi kemarin ngebuka mata banyak orang soal kerja remote? Kita jadi tau, ternyata kerja dari rumah itu nggak bikin kita kurang produktif. Bahkan, banyak yang merasa lebih fleksibel dan punya waktu lebih buat hal-hal lain di luar kerjaan. Tapi tentu aja, kerja remote juga punya tantangan, kayak batasan antara kerja dan waktu pribadi yang sering kabur.

Buat generasi muda, terutama Gen-Z, kerja bukan cuma soal gaji gede. Mereka lebih peduli sama nilai-nilai yang dianut perusahaan, lingkungan kerja yang sehat, dan kesempatan buat berkembang. Banyak dari mereka yang mulai berani ngomong kalau kerja harus seimbang sama hidup pribadi. Ini beda banget sama generasi sebelumnya yang cenderung ngikutin sistem tanpa banyak protes. Gen-Z punya mindset: "Kalau kerjaan ini bikin gue nggak bahagia, gue akan cari tempat lain."

Tapi tunggu dulu, bro. Work-life balance itu bukan berarti lo jadi malas-malasan atau nggak punya ambisi. Sebaliknya, konsep ini justru ngajarin lo buat kerja lebih cerdas, bukan lebih keras. Fokus ke hasil, bukan cuma ke waktu yang lo habisin di depan laptop. Kalau lo bisa selesai kerja lebih cepet dan hasilnya bagus, kenapa harus lembur, kan?

Selain itu, banyak perusahaan yang mulai sadar kalau ngejaga kebahagiaan karyawan itu penting. Mereka ngasih fasilitas kayak jam kerja fleksibel, cuti lebih panjang, atau bahkan ruang buat meditasi di kantor. Semua ini bukti kalau dunia kerja mulai berubah. Tapi perubahan ini nggak bisa cuma datang dari perusahaan aja, bro. Lo juga harus belajar buat ngejaga diri lo sendiri.

Atur Waktu Sebaik Mungkin

Salah satu cara buat ngejaga work-life balance adalah dengan ngatur waktu lo sebaik mungkin. Jangan sampai lo kerja terus-terusan sampai lupa makan, lupa olahraga, atau bahkan lupa tidur. Ingat, kesehatan lo adalah investasi terbesar. Kalau badan lo ambruk, mimpi-mimpi lo juga bakal ikut kena imbasnya. Jadi, jangan anggap istirahat itu sebagai kemewahan. Itu kebutuhan, bro.

Tantangan lain dalam ngejaga work-life balance adalah media sosial. Lo pasti sering banget liat orang pamer gaya hidup glamor, seolah-olah mereka punya segalanya. Padahal, di balik layar, mereka juga pasti punya masalah yang nggak mereka tunjukin. Jangan bandingin hidup lo sama highlight reel orang lain. 

Fokus aja sama perjalanan lo sendiri.


Hustle culture dan work-life balance itu kayak dua sisi mata uang. Keduanya punya tempat masing-masing tergantung situasi. Ada kalanya lo harus hustle buat ngejar deadline atau target besar. Tapi setelah itu, lo juga harus kasih diri lo waktu buat recharge. Hidup itu soal keseimbangan, bro. Jangan terlalu miring ke salah satu sisi, karena ujung-ujungnya lo yang bakal rugi.

Kesimpulannya, apakah hustle culture udah mulai ditinggalkan? Jawabannya nggak simpel, bro. Buat sebagian orang, hustle culture masih relevan, terutama mereka yang lagi ngebangun karir dari nol. Tapi buat yang lain, work-life balance jadi prioritas utama karena mereka nggak mau kehilangan kesehatan atau kebahagiaan mereka. Yang penting, lo harus ngerti apa yang terbaik buat lo. Jangan cuma ikut-ikutan tren tanpa paham konsekuensinya. Karena pada akhirnya, yang bertanggung jawab atas hidup lo ya cuma lo sendiri. Jadi, bijaklah dalam milih jalan, bro. Good luck!




 
Your Cart (04)
img

Eliot Reversible Sectional

XS / Dove Gray

$580.00
Remove
img

Vita Lounge Chair

XS / Pink

$580.00
Remove
img

Sarno Dining Chair

XS / Dove Gray

$580.00
Remove
img

Vita Lounge Chair

XS / Dove Gray

$580.00
Remove

You have no items in your cart