Maskula® Official

Maskula.id - +62 811 251 261

 
Ketika Cinta Berubah Jadi Kompetisi: Hubungan yang Penuh Rivalitas
Ketika Cinta Berubah Jadi Kompetisi: Hubungan yang Penuh Rivalitas

Ketika Cinta Berubah Jadi Kompetisi: Hubungan yang Penuh Rivalitas


Dalam hubungan yang sehat, pasangan harusnya jadi support system satu sama lain. Tapi, gimana kalau hubungan lo malah lebih mirip pertandingan? Setiap pencapaian jadi ajang pembuktian, setiap pujian terasa kayak penghargaan yang harus diperebutkan, dan tanpa sadar, lo sama pasangan udah berubah jadi rival ketimbang partner.

Kenapa ini bisa terjadi? Dan yang lebih penting, apakah hubungan yang penuh rivalitas bisa bertahan atau justru berujung toxic?

Ketika Pasangan Berubah Jadi Kompetitor

Di awal hubungan, lo mungkin ngerasa saling mendukung. Tapi lama-lama, ada perasaan "gue harus lebih unggul" dalam banyak hal—entah itu karier, pencapaian pribadi, atau bahkan sekadar hal kecil kayak siapa yang lebih banyak disukai di media sosial.

Tanda-tanda hubungan lo mulai jadi ajang kompetisi:

  • Saling membandingkan pencapaian
    Kalau pasangan lo dapat promosi di kantor, bukannya ikut senang, lo malah ngerasa terancam. Kalau lo yang dapet kesempatan bagus, dia mulai membandingkan dengan kariernya sendiri.
  • Saling menjatuhkan secara halus
    Awalnya cuma bercanda, tapi lama-lama ada sindiran terselubung setiap kali salah satu dari lo berhasil. "Wah, akhirnya naik jabatan juga ya, padahal dulu lo sempat pesimis."
  • Merasa harus selalu lebih unggul
    Ada dorongan buat selalu lebih baik, bukan karena ambisi pribadi, tapi karena lo nggak mau kalah dari pasangan sendiri.
  • Bukannya kerja sama, malah saling bersaing
    Keputusan kecil dalam hubungan jadi ajang siapa yang lebih dominan. Misalnya, siapa yang lebih sering menentukan tempat makan, siapa yang lebih sering menang dalam debat, atau bahkan siapa yang lebih banyak di-notice oleh orang lain.

Kalau lo mulai merasakan ini dalam hubungan lo, berarti lo perlu waspada. Karena hubungan yang berubah jadi kompetisi bisa bikin lo dan pasangan capek mental.

Kenapa Hubungan Bisa Jadi Rivalitas?

Bukan tanpa alasan hubungan bisa berubah jadi ajang persaingan. Ada beberapa faktor yang bisa memicu ini:

  1. Rasa Insecure dalam Diri

    Kadang, kompetisi muncul karena salah satu (atau keduanya) merasa nggak cukup baik. Setiap keberhasilan pasangan dianggap sebagai ancaman buat harga diri sendiri.

  2. Ekspektasi Sosial dan Budaya

    Di masyarakat, cowok sering diajarkan buat "harus lebih sukses" dari pasangannya. Kalau cewek lo lebih berhasil, lo bisa merasa harga diri lo terancam—padahal sebenernya nggak ada yang salah dengan itu.

  3. Pola Asuh dan Lingkungan

    Kalau lo dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kompetisi, wajar kalau lo secara nggak sadar bawa mindset itu ke hubungan. Lo terbiasa melihat keberhasilan sebagai sesuatu yang harus diperebutkan, bukan sesuatu yang bisa dinikmati bareng.

  4. Kurangnya Komunikasi Sehat

    Hubungan yang kurang komunikasi sering bikin pasangan saling salah paham. Lo mungkin ngerasa pasangan lo nggak mendukung, padahal sebenernya dia juga bingung harus bersikap gimana.

Kalau lo bisa mengidentifikasi penyebabnya, lebih gampang buat menemukan solusinya.

Bahaya Hubungan yang Penuh Rivalitas

Persaingan dalam hubungan nggak selalu buruk. Kadang, itu bisa memotivasi lo buat berkembang. Tapi kalau terus dibiarkan, hubungan yang penuh rivalitas bisa berujung toxic.

Efek Negatif dari Hubungan yang Kompetitif:

  • Lo jadi susah merasa bahagia atas keberhasilan pasangan
    Bukannya ikut senang, lo malah sibuk ngebandingin diri lo sendiri. Ini bisa merusak kebahagiaan bersama.
  • Hubungan kehilangan esensi "kita"
    Pasangan seharusnya jadi tim, bukan lawan. Kalau lo sibuk bersaing, hubungan lo bakal terasa lebih individualistis daripada kolaboratif.
  • Muncul perasaan nggak puas terus-menerus
    Karena selalu ingin lebih unggul, lo jadi gampang merasa nggak puas dalam hubungan. Ada perasaan "gue harus lebih baik" yang nggak ada habisnya.
  • Saling menjatuhkan dan akhirnya bubar
    Kalau terus dibiarkan, hubungan ini bisa berubah jadi saling menjatuhkan, bukan membangun. Dan kalau udah sampai titik itu, bubar adalah konsekuensi yang nggak bisa dihindari.

Jadi, gimana cara biar hubungan lo nggak berubah jadi kompetisi yang destruktif?

Menghindari Rivalitas dalam Hubungan

Kalau lo ngerasa hubungan lo mulai berubah jadi ajang kompetisi, jangan langsung panik. Masih ada cara buat membalikkan keadaan dan menjadikannya lebih sehat.

  1. Ubah Mindset: Lo dan Dia Adalah Tim, Bukan Lawan

    Lihat pasangan lo sebagai rekan setim, bukan kompetitor. Kesuksesan dia bukan ancaman buat lo, tapi sesuatu yang bisa lo dukung dan rayakan bareng.

  2. Komunikasi Terbuka dan Jujur

    Kalau lo ngerasa ada persaingan dalam hubungan, bicarain. Jangan biarkan perasaan nggak nyaman itu menumpuk sampai meledak. Tanyakan ke pasangan lo, "Lo ngerasa kita sering bersaing nggak sih? Gue pengen kita lebih saling support."

  3. Kenali dan Atasi Insecurity Sendiri

    Kalau lo sering merasa terancam oleh keberhasilan pasangan, coba tanya ke diri sendiri: kenapa? Apakah lo merasa nggak cukup baik? Apakah lo takut kehilangan kendali? Menyadari insecurity lo sendiri adalah langkah pertama buat mengatasinya.

  4. Rayakan Keberhasilan Pasangan dengan Tulus

    Jangan lihat keberhasilan dia sebagai ancaman. Belajarlah buat genuinely bahagia saat pasangan lo mencapai sesuatu, tanpa harus merasa lo harus "mengejar" atau "melampaui" dia.

  5. Fokus pada Kekuatan Unik Masing-Masing

    Setiap orang punya kelebihan masing-masing. Jangan paksain diri lo buat lebih unggul di segala hal. Lo dan dia bisa berkembang di jalur masing-masing tanpa harus merasa bersaing.

  6. Buat Tujuan Bersama dalam Hubungan

    Daripada sibuk bersaing, kenapa nggak bikin tujuan bersama? Misalnya, nabung bareng buat traveling, support satu sama lain dalam karier, atau bahkan mulai proyek bersama.


Kompetisi dalam hubungan nggak selalu buruk. Kalau lo dan pasangan saling memotivasi buat berkembang tanpa menjatuhkan, itu bisa jadi dinamika yang sehat. Tapi kalau persaingan bikin lo berdua jadi lebih banyak iri dan merasa kurang, itu tanda ada yang salah.

Ingat, hubungan yang baik bukan tentang siapa yang lebih unggul, tapi gimana lo dan pasangan bisa bertumbuh bersama. Jangan sampai ambisi buat jadi "lebih baik" malah bikin lo kehilangan esensi dari hubungan itu sendiri. Jadi, kalau lo mulai ngerasa hubungan lo lebih mirip kompetisi daripada kemitraan, mungkin ini saatnya buat refleksi dan ngobrol bareng pasangan lo. 




 
Your Cart (04)
img

Eliot Reversible Sectional

XS / Dove Gray

$580.00
Remove
img

Vita Lounge Chair

XS / Pink

$580.00
Remove
img

Sarno Dining Chair

XS / Dove Gray

$580.00
Remove
img

Vita Lounge Chair

XS / Dove Gray

$580.00
Remove

You have no items in your cart